Berita Hot: Banjir Jakarta Kala Tahun Politik
REDEBOLIVIA, Jakarta : Hujan deras selama 2 hari berturut-turut, menyebabkan hampir sebagian besar wilayah Jakarta terendam banjir. Ibukota nyaris terkepung banjir, seperti pada 2013 lalu.
Dimulai pada Minggu 12 Januari pagi, wilayah pemukiman di Jakarta Selatan, tepatnya di Pondok Labu dan Pondok Pinang mulai terendam. Hujan deras pada hari Minggu hampir seharian, bahkan hingga malam hari. Akibatnya, titik genangan di ibukota semakin banyak pada Minggu malam. Gejala bencana banjir mulai terlihat.
Bendungan di Katulampa pun memberi aba-aba kepada warga Jakarta untuk bersiaga menerima banjir kiriman. Yah, Jakarta memang selalu 'berkah', menerima kiriman air dari Bogor setiap kali turun hujan.
Meski demikian, Jokowi yakin kiriman air dari Bogor tidak akan membanjiri wilayahnya. Gubernur DKI bernama lengkap Joko Widodo itu seakan sudah siap menerima banjir kiriman. Maklum, beberapa bulan belakangan Jokowi memang sudah mengantisipasi banjir dengan berbagai upaya.
Tapi kenyataan berkata lain. Kampung Pulo dan Bukit Duri yang terbiasa menerima kiriman banjir dari Bogor mulai direndam banjir. Hingga Senin siang, banjir semakin parah. Hampir di semua wilayah Jakarta terkepung banjir, Jakarta Timur, Jakarta Barat, Jakarta Utara bahkan Jakarta Pusat.
Ruas jalan, pemukiman, hingga sekolahan harus terendam banjir. Tak dapat dielakkan. Jakarta kembali kacau balau. Sejumlah lalu lintas lumpuh. Arus lalu lintas semrawut. Banyak kendaraan terpaksa melawan arah, baik roda dua maupun roda empat. Bahkan, bus Transjakarta. Adu mulut antara pengendara dan petugas turut pula mewarnai banjir kali ini.
Tak hanya itu, arus lalu lintas juga terpaksa dialihkan karena beberapa ruas jalan terendam air atau jembatan putus. Kereta pun turut terkena imbasnya. Motor terpaksa memasuki jalan tol hingga pemadaman listrik.
Bahkan, perekonomian juga terganggu. Beberapa pusat perbelanjaan seperti Pasar Cipulir terpaksa menghentikan aktifitas jual beli. Ribuan karyawan swasta maupun PNS terpaksa meliburkan diri. Selain 'harpitnas' alias hari kejepit nasional, banjir juga menjadi alasan untuk tidak ngantor hari ini. Sekolah di ibukota pun terpaksa diliburkan.
Di tengah kesemrawutan ibukota, jumlah pengungsi korban banjir semakin bertambah hingga Senin sore hari. Beberapa pengungsi ada yang terlambat mendapatkan bantuan. Seperti di Bidaracina dan Kalibata. Banyaknya jumlah pengungsi seperti di Kampung Pulo yang mencapai 1.800 jiwa terpaksa warga berdesak-desakan. Di Pesing, Jakarta Barat warga nekat mengungsi di pinggir rel.
Banjir hingga Senin malam mulai surut. Namun penyakit mulai menjangkit para korban banjir, seperti terlihat di posko pengungsian Kampung Pulo dan Jakarta Selatan. Belajar dari pengalaman banjir sebelumnya, warga ada yang memilih mengungsi ke rumah saudara kawatir terkena penyakit.
Tak Surut Dukungan
Banjir kali ini memang tak sedahsyat tahun lalu. Tapi kenyataan di Kampung Pulo, Jatinegara justru debit air lebih tinggi dari tahun lalu. Ketinggian debit air mencapai 7,3 meter di kedalaman Kali Ciliwung. Petugas evakuasi pun mengalami kesulitan mengevakuasi warga yang masih bertahan di rumah.
Korban jiwa akibat banjir kali ini juga tidak ada. Memang ada 2 warga Kampung Pulo yang meninggal, tapi keduanya memang sudah mengalami sakit sebelum banjir. Banjir kali ini hanya menelan 1 bocah yang tengah bermain di tengah banjir.
Jokowi kadung `PD` mengucap Jakarta tidak banjir. Tapi apa boleh buat, banjir sudah terjadi. Ia pun turun ke sejumlah lokasi banjir memantau kondisi banjir. Meski sudah dikepung banjir dan bantuan terlambat, warga DKI sepertinya enggan menyalahkan Jokowi. Warga bahkan sumringah kedatangan orang nomor satu Jakarta itu hingga mendoakan Jokowi menjadi presiden.
Jokowi sendiri menyadari tak mampu jika hanya menanggulangi banjir tanpa uluran tangan pemerintah pusat. Karena banjir Jakarta kiriman dari hulu, yakni wilayah Bogor. Pengerukan sejumlah kali di Jakarta tidak akan membawa perubahan banyak jika tanpa diikuti kesadaran warga membuang sampah.
Gayung bersambut. Permintaan Jokowi disambut baik Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. SBY memerintahkan Badan Nasional Penanggulangan Bencana bersama TNI dan Polri membantu Pemprov DKI menanggulangi banjir Jakarta. Salah satunya membuat rekayasa cuaca. Pemerintah pun merogoh kantong hingga Rp 50 miliar.
Ajang Cari Muka
Memang jika dilihat BMKG, faktor cuaca turut menyumbang banjir di Jakarta. Sedikit mengurangi tudingan kesalahan untuk Jokowi. Tapi menurut BNPB penyebab utama yang membuat Jakarta selalu banjir bukan karena dampak dari perubahan iklim, melainkan antropogenik atau emisi gas rumah kaca yang diakibatkan oleh kegiatan manusia.
Artinya, cara Jokowi meningkatkan penghijauan di ibukota sudah cukup tepat. Apalagi dengan rencana mengeluarkan aturan baru untuk menambah ruang terbuka hijau (RTH). Target pada tahun 2030 menjadi 16%. Pemprov DKI akan bertahap menambah ruang terbuka hijau hingga 30% idealnya.
Banjir kali ini yang bertepatan menjelang pemilu 2014 atau tahun politik seolah menjadi komoditas poitik. Sejumlah partai politik berlomba-lomba memberikan bantuan dengan mendirikan posko bantuan. Pokso bantuan parpol menjamur. Seperti terlihat di Jakarta Timur. Partai penguasa Demokrat pun tak mau kalah.
Apakah banjir Jakarta akan dimanfaatkan bagi lawan politiknya untuk menyerang Jokowi? Bagi Jokowi, tak mau ambil pusing. Ia seolah pasrah. Bagi Jokowi yang terpenting menanggulangi korban banjir dan membuat Jakarta ke depan bebas banjir.
Foke sendiri yang dulu pernah bersaing dalam pemilukada DKI, kini enggan mengomentari soal banjir ibukota. Entah malu tidak dapat mengatasi banjir di masa kepemimpinanya, atau sudah nyaman dapat kursi empuk sebagai dubes Indonesia di Jerman. Namun dia sedikit menyentil Jokowi, kini sama-sama terkena banjir. (Rmn/Mut)
http://news.liputan6.com/read/799523/banjir-jakarta-kala-tahun-politik
0 comments:
welcome to my blog. please write some comment about this article ^_^