Ortu dan PR
Ortu dan PR
sumber tulisan :
http://ibnuchaldunoke.multiply.com/tag/tips%20%26%20trick
Diposting oleh Siska pada Oct 28, '07 11:52 AM untuk semuanya
Kebetulan saya tipe guru yang suka memberikan tugas (PR) untuk murid saya. Maksudnya sih supaya anak-anak dapat memahami dan mengeksplorasi lebih dalam tentang bab yang sedang dipelajari. Kebanyakan sih tugasnya mencari info lewat internet. Tapi ....jika tidak mengerti rahasianya, PR bisa menjadi bencana. Bagi anak PR bisa menjadi sesuatu yang menyebalkan. Bagi orangtua PR bisa menjadi pekerjaan tambahan yang membosankan. Namun, jika tahu kuncinya, PR tidak akan menjadi beban, tapi malah bisa menjadi sarana melatih kecerdasan anak.
1. Berkomunikasilah dengan guru
Ini yang sering diabaikan orangtua. Mereka menganggap, sekolah dan
guru hanyalah milik anaknya, dan sang anak sajalah yang harus
berhubungan dengan guru. Banyak orangtua yang tidak sabar ketika
anaknya mengeluh belum mengerjakan PR. Akhirnya, tak jarang orangtua
sendiri yang mengerjakannya dengan tulisan yang dijelek-jelekkan agar
tidak diketahui guru.
guru hanyalah milik anaknya, dan sang anak sajalah yang harus
berhubungan dengan guru. Banyak orangtua yang tidak sabar ketika
anaknya mengeluh belum mengerjakan PR. Akhirnya, tak jarang orangtua
sendiri yang mengerjakannya dengan tulisan yang dijelek-jelekkan agar
tidak diketahui guru.
Tindakan ini tak hanyak membohongi guru, tapi juga memutuskan jalinan
hubungan dengan guru. Karenanya, orangtua harus sering melakukan
komunikasi dengan guru. Tanyakan seberapa penting PR bagi anaknya.
Sebab, di antara tujuan PR adalah untuk membiasakan anak belajar di
rumah. Dengan adanya tugas dari guru, maka “terpaksa” anak yang tak
pernah belajar di rumahnya, jadi membuka buku. Selain itu, PR juga
bertujuan agar komunikasi tiga pihak yang terjalin. Yaitu, antara
guru, murid dan orangtua.
hubungan dengan guru. Karenanya, orangtua harus sering melakukan
komunikasi dengan guru. Tanyakan seberapa penting PR bagi anaknya.
Sebab, di antara tujuan PR adalah untuk membiasakan anak belajar di
rumah. Dengan adanya tugas dari guru, maka “terpaksa” anak yang tak
pernah belajar di rumahnya, jadi membuka buku. Selain itu, PR juga
bertujuan agar komunikasi tiga pihak yang terjalin. Yaitu, antara
guru, murid dan orangtua.
2. Sediakan alat-alat mengerjakan PR
Di antara hal yang paling tidak disukai anak adalah ketika
mendapatkan peralatan belajarnya tidak lengkap atau kurang nyaman.
Misalnya, ketika akan mengerjakan PR, pensilnya tidak ada, atau
mejanya berantakan, lampu belajarnya kurang terang atau ada gangguan
lainnya. Jika awal belajarnya sudah tidak menyenangkan, maka akan
membuat anak cepat bosan dan tidak mau mengerjakan PR.
mendapatkan peralatan belajarnya tidak lengkap atau kurang nyaman.
Misalnya, ketika akan mengerjakan PR, pensilnya tidak ada, atau
mejanya berantakan, lampu belajarnya kurang terang atau ada gangguan
lainnya. Jika awal belajarnya sudah tidak menyenangkan, maka akan
membuat anak cepat bosan dan tidak mau mengerjakan PR.
3. Berdiskusi dengan anak
Ini penting bagi orangtua. Mereka hendaknya bisa berdiskusi dengan
anak, kapan akan mengerjakan PR. Bukan dipaksa mengerjakannya pada
waktu mereka asyik bermain atau nonton TV misalnya. Ini akan
menyebabkan anak membenci PR lantaran dianggap mengganggu
ketenangannya. Karenanya, sebaiknya orangtua menetapkan waktu
tertentu bagi anaknya untuk belajar. Pada waktu yang sudah ditetapkan
itu, sang anak harus berada di meja belajar walaupun tidak ada PR.
anak, kapan akan mengerjakan PR. Bukan dipaksa mengerjakannya pada
waktu mereka asyik bermain atau nonton TV misalnya. Ini akan
menyebabkan anak membenci PR lantaran dianggap mengganggu
ketenangannya. Karenanya, sebaiknya orangtua menetapkan waktu
tertentu bagi anaknya untuk belajar. Pada waktu yang sudah ditetapkan
itu, sang anak harus berada di meja belajar walaupun tidak ada PR.
4. PR bukan urusan anak saja
Orangtua sering menganggap PR hanyalah urusan anak dengan gurunya.
Padahal, anak sangat senang kalau orangtuanya menemaninya mengerjakan
PR. Namun demikian, PR tetap menjadi tanggung jawab anak. Orangtua
hanyalah pelatih, fasilitator, yang hanya memberikan bimbingan dan
arahan. Bukan mengerjakan. Jika anak tetap mendapatkan kesulitan,
ajaklah ia mengerjakan PR bersama-sama. Jangan sampai orangtua
mengerjakan PR tanpa melibatkan anak. Ini bisa membuat anak tidak
percaya diri.
Padahal, anak sangat senang kalau orangtuanya menemaninya mengerjakan
PR. Namun demikian, PR tetap menjadi tanggung jawab anak. Orangtua
hanyalah pelatih, fasilitator, yang hanya memberikan bimbingan dan
arahan. Bukan mengerjakan. Jika anak tetap mendapatkan kesulitan,
ajaklah ia mengerjakan PR bersama-sama. Jangan sampai orangtua
mengerjakan PR tanpa melibatkan anak. Ini bisa membuat anak tidak
percaya diri.
5. Carilah bantuan secepatnya jika menemukan kesulitan
Bukanlah aib bagi orangtua yang tidak bisa menyelesaikan PR anaknya.
Baik disebabkan oleh kesibukan atau memang orangtua tidak mampu
mengerjakan PR tersebut. Jika mengalami hal ini, sebaiknya orangtua
segera mencari bantuan. Kalau terkait dengan waktu, ia bisa mencari
orang lain untuk mewakilinya mendampingi sang anak mengerjakan PR.
Kalau karena orangtua memang tidak sanggup mengerjakannya, mereka
bisa menanyakannya kepada orang lain atau mencari jawabannya bersama
anak. Jangan ragu mengatakan kepada anak, kalau dirinya juga harus
bertanya kepada orang lain.
Baik disebabkan oleh kesibukan atau memang orangtua tidak mampu
mengerjakan PR tersebut. Jika mengalami hal ini, sebaiknya orangtua
segera mencari bantuan. Kalau terkait dengan waktu, ia bisa mencari
orang lain untuk mewakilinya mendampingi sang anak mengerjakan PR.
Kalau karena orangtua memang tidak sanggup mengerjakannya, mereka
bisa menanyakannya kepada orang lain atau mencari jawabannya bersama
anak. Jangan ragu mengatakan kepada anak, kalau dirinya juga harus
bertanya kepada orang lain.
sumber tulisan :
http://ibnuchaldunoke.multiply.com/tag/tips%20%26%20trick
0 comments:
welcome to my blog. please write some comment about this article ^_^